Haji Qiran adalah salah satu jenis haji yang sering dipilih oleh umat Islam, terutama bagi mereka yang ingin menggabungkan pelaksanaan haji dan umrah dalam satu perjalanan. Jenis haji ini memiliki keistimewaan tersendiri dan membutuhkan pemahaman yang baik tentang tata cara pelaksanaannya. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara rinci tata cara haji qiran, mulai dari pengertian, niat, hingga tahapan-tahapannya.
Pengertian Haji Qiran
Haji Qiran merupakan salah satu dari tiga jenis haji yang dikenal dalam Islam, selain Haji Tamattu’ dan Haji Ifrad. Dalam haji qiran, seorang jamaah melaksanakan ibadah haji dan umrah secara bersamaan dalam satu niat dan satu rangkaian ibadah. Artinya, setelah ihram untuk umrah, jamaah tidak melepaskan pakaian ihram dan langsung melanjutkan dengan rangkaian haji.
Keutamaan dan Manfaat Haji Qiran
- Menggabungkan Dua Ibadah Besar: Dalam haji qiran, jamaah bisa mendapatkan pahala dari dua ibadah sekaligus, yaitu haji dan umrah.
- Kemudahan dalam Pelaksanaan: Dengan melaksanakan haji dan umrah sekaligus, jamaah tidak perlu melakukan ihram dua kali, yang bisa mengurangi beban fisik dan mental.
- Pahala Ganda: Karena mencakup dua ibadah, pahala yang diperoleh pun berlipat ganda.
Tata Cara Haji Qiran
Berikut adalah langkah-langkah tata cara haji qiran yang harus dilakukan oleh para jamaah:
1. Memulai dengan Niat di Miqat
Langkah pertama dalam tata cara haji qiran adalah memulai dengan niat. Di miqat, yang merupakan tempat atau batas yang telah ditentukan untuk memulai ihram, jamaah harus berniat untuk melaksanakan haji qiran. Niat ini harus diucapkan dengan jelas di dalam hati sambil mengenakan pakaian ihram.
Bacaan niatnya adalah:
نَوَيْتُ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلَّهِ تَعَالَى، لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ حَجًّا وَعُمْرَةً. لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ
(Nawaitu al-hajja wal-‘umrata wa ahramtu bihi lillahi ta’ala, labbayka allahumma hajjan wa ‘umratan. Labbaikallahumma labbaik, labbaika la sharika laka labbaik, innal-hamda wan-ni’mata laka wal-mulk, la sharika laka)
Artinya:
“Aku berniat melakukan haji dan umrah, dan aku berihram dengan itu untuk Allah Yang Maha Tinggi. Aku menjawab panggilan-Mu, ya Allah, untuk haji dan umrah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan kekuasaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”
2. Melakukan Ihram
Setelah niat diucapkan, jamaah harus mengenakan pakaian ihram, yaitu dua helai kain tanpa jahitan untuk laki-laki dan pakaian yang sopan serta menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan untuk perempuan. Selama dalam keadaan ihram, jamaah dilarang melakukan beberapa hal seperti memotong rambut, memotong kuku, memakai wangi-wangian, dan berhubungan suami istri.
3. Melaksanakan Tawaf Qudum
Setibanya di Makkah, jamaah melakukan Tawaf Qudum, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran. Tawaf ini disebut juga sebagai “tawaf selamat datang” yang dilakukan sebelum memulai rangkaian ibadah haji lainnya.
4. Melakukan Sa’i antara Safa dan Marwah
Setelah tawaf, jamaah melanjutkan dengan Sa’i, yaitu berjalan bolak-balik sebanyak tujuh kali antara bukit Safa dan Marwah. Sa’i ini dilakukan sebagai bagian dari umrah yang sudah termasuk dalam niat haji qiran.
5. Menunggu Hari Arafah
Setelah Sa’i, jamaah menunggu di Makkah sampai tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah). Selama waktu ini, jamaah tetap berada dalam keadaan ihram dan dapat memperbanyak ibadah seperti salat, zikir, dan membaca Al-Qur’an.
6. Berangkat ke Mina pada Hari Tarwiyah
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, jamaah bergerak menuju Mina. Di sana, jamaah menginap dan melaksanakan salat Zuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh dengan cara qashar (meringkas jumlah rakaat) tanpa jama’ (menggabungkan dua salat). Jamaah menghabiskan malam di Mina dan mempersiapkan diri untuk hari berikutnya di Arafah.
7. Wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah
Pada tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah menuju Padang Arafah untuk melakukan wukuf, yaitu berdiam diri dengan niat beribadah mulai dari tergelincir matahari hingga matahari terbenam. Wukuf di Arafah merupakan puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji dan merupakan rukun haji yang tidak boleh ditinggalkan.
8. Mabit di Muzdalifah pada Malam 10 Dzulhijjah
Setelah matahari terbenam di Arafah, jamaah bergerak menuju Muzdalifah untuk mabit, yaitu bermalam dan mengumpulkan kerikil untuk persiapan lempar jumrah di Mina. Di Muzdalifah, jamaah melaksanakan salat Maghrib dan Isya dengan jama’ takhir (menggabungkan dan mengakhirkan waktu).
9. Melempar Jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijjah
Pada pagi harinya, jamaah menuju Mina untuk melaksanakan lempar jumrah. Pada hari ini, jamaah hanya melempar Jumrah Aqabah, yaitu tujuh kali lemparan batu kecil ke salah satu pilar yang melambangkan setan. Ini menandakan perlawanan terhadap godaan setan.
10. Menyembelih Hewan Kurban (Tahallul Awal)
Setelah melempar jumrah, jamaah melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Setelah kurban, jamaah melakukan tahallul awal, yaitu mencukur rambut atau memotong sebagian rambut sebagai tanda keluar dari sebagian larangan ihram.
11. Melakukan Tawaf Ifadah dan Sa’i Haji
Setelah tahallul awal, jamaah kembali ke Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf Ifadah, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali sebagai tanda selesainya pelaksanaan haji. Setelah tawaf, jamaah melakukan Sa’i antara Safa dan Marwah sebagai bagian dari ibadah haji.
12. Mabit di Mina dan Melempar Jumrah pada Hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah)
Setelah Tawaf Ifadah, jamaah kembali ke Mina untuk mabit (bermalam) selama hari-hari Tasyrik. Selama di Mina, jamaah melakukan lempar jumrah setiap hari, yaitu melempar Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah masing-masing dengan tujuh batu kecil.
13. Tawaf Wada’ (Tawaf Perpisahan)
Setelah selesai semua rangkaian ibadah di Mina, sebelum meninggalkan Makkah, jamaah melakukan Tawaf Wada’, yaitu tawaf perpisahan yang menandakan selesainya seluruh rangkaian ibadah haji. Tawaf ini wajib dilakukan bagi jamaah yang akan kembali ke negara asal mereka.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Haji Qiran
- Konsistensi Niat: Pastikan untuk selalu menjaga niat dari awal hingga akhir pelaksanaan ibadah.
- Mematuhi Aturan Ihram: Patuhi semua aturan dan larangan dalam keadaan ihram untuk menjaga kesucian ibadah.
- Mempersiapkan Fisik dan Mental: Pelaksanaan haji qiran membutuhkan kekuatan fisik dan mental yang baik, terutama karena jamaah akan menjalani dua ibadah besar secara bersamaan.
- Mengelola Waktu dengan Baik: Mengatur waktu adalah kunci untuk memastikan semua tahapan ibadah haji dan umrah dapat dilaksanakan dengan baik.
- Mengikuti Panduan dan Arahan: Selalu mengikuti panduan dan arahan dari pembimbing haji untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan.
Kesimpulan
Haji Qiran adalah pilihan yang tepat bagi mereka yang ingin melaksanakan haji dan umrah dalam satu perjalanan. Dengan memahami tata cara haji qiran dan mengikuti setiap tahapan dengan baik, insya Allah ibadah ini dapat dilakukan dengan lancar dan penuh makna. Persiapan yang matang, baik dari segi fisik, mental, dan pengetahuan tentang tata cara pelaksanaan, sangat penting untuk memastikan semua rukun dan wajib haji terlaksana dengan sempurna. Semoga Allah menerima ibadah kita dan menjadikannya sebagai amal saleh yang diterima. Aamiin.
Comments