Umroh adalah salah satu ibadah mulia dalam Islam yang tidak hanya melibatkan fisik, tapi juga spiritualitas dan kesucian hati. Di antara banyak adab yang perlu dijaga saat melaksanakan umroh, salah satu yang sering diabaikan adalah menjaga lisan. Jaga bicara saat umroh bukan hanya soal etika, tetapi bagian penting dari kesempurnaan ibadah itu sendiri. Dalam artikel ini, kita akan membahas alasan mendalam mengapa menjaga lisan selama umroh sangat penting, apa saja dampaknya, dan bagaimana cara menerapkannya secara praktis.
Pengantar: Ibadah Umroh adalah Perjalanan Suci, Bukan Sekadar Wisata Religi
Setiap muslim tentu mendambakan bisa menunaikan ibadah umroh, mengunjungi dua tempat suci—Mekah dan Madinah—dan mendekatkan diri secara langsung kepada Allah SWT. Namun, sayangnya, tak sedikit jamaah yang terlena dalam suasana perjalanan hingga lupa bahwa umroh bukanlah perjalanan biasa. Ini adalah ibadah yang sarat dengan tuntunan dan adab.
Salah satu adab yang sering dilupakan adalah menjaga lisan. Padahal, jaga bicara saat umroh menjadi salah satu bentuk ketaatan yang bernilai tinggi. Lisan bisa menjadi penyebab rusaknya ibadah, namun bisa pula menjadi sebab datangnya pahala besar.
1. Perintah Langsung dari Allah SWT dalam Al-Qur’an
“Barangsiapa yang melaksanakan haji (atau umrah), maka tidak boleh rafats (kata-kata kotor), tidak boleh berbuat fasik, dan tidak boleh berbantah-bantahan dalam masa haji.”
(QS. Al-Baqarah: 197)
Ayat ini dengan jelas menyebutkan larangan berkata-kata kotor (rafats) saat melaksanakan haji dan umroh. Allah SWT langsung memerintahkan agar kita menjaga tutur kata saat berada dalam kondisi ihram. Ini menunjukkan bahwa jaga bicara saat umroh bukan sekadar anjuran, melainkan kewajiban yang berdampak langsung pada sah atau tidaknya ibadah.
Kenapa hal ini begitu penting?
Karena saat ihram, seseorang berada dalam kondisi suci secara spiritual. Segala bentuk perkataan negatif, kasar, mencela, apalagi makian, akan mencemari kesucian tersebut.
2. Lisan adalah Cerminan Hati
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Saat menjalani umroh, kita berada dalam posisi memperbanyak zikir, doa, dan munajat. Jika lisan kita justru digunakan untuk hal yang sia-sia—apalagi membicarakan orang lain—maka hati kita pun tidak akan fokus kepada Allah. Jaga bicara saat umroh berarti menjaga hati agar tetap bersih dan penuh khusyuk.
3. Umroh Bukan Waktu untuk Bergosip
Salah satu kebiasaan yang sering muncul saat berkumpul dengan banyak orang adalah bergosip atau membicarakan orang lain. Hal ini bisa terjadi di hotel, saat antri, atau bahkan ketika istirahat di masjid.
Padahal, bergosip atau ghibah adalah dosa besar, terlebih jika dilakukan dalam kondisi ihram dan saat beribadah. Allah berfirman:
“Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Apakah salah seorang di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?…”
(QS. Al-Hujurat: 12)
Membicarakan kekurangan sesama jamaah, mengeluh soal fasilitas, hingga meremehkan pemandu atau petugas adalah bentuk ketidakpedulian terhadap kebersihan lisan. Maka, penting sekali untuk jaga bicara saat umroh agar ibadah tetap bernilai di sisi Allah.
4. Umroh Adalah Momen Penghapus Dosa
Rasulullah SAW bersabda:
“Umroh ke umroh yang berikutnya menjadi penghapus dosa di antara keduanya, selama dosa-dosa besar dijauhi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Agar umroh kita menjadi penghapus dosa, tentu harus dilakukan dengan adab yang benar. Jika selama umroh kita justru menumpuk dosa dengan lisan, bagaimana mungkin kita berharap ampunan penuh dari Allah?
Dengan jaga bicara saat umroh, kita menunjukkan kesungguhan dan keseriusan kita dalam beribadah. Ini menjadi bagian dari muhasabah dan pembersihan diri.
5. Menjaga Lisan Membantu Menjaga Niat
Ketika seseorang terlalu banyak berbicara, terutama hal-hal yang tidak bermanfaat, maka niatnya pun bisa terganggu. Bisa saja awalnya ia niat ibadah, tapi karena banyak mengeluh, membanding-bandingkan, atau membanggakan diri, niat tersebut berubah menjadi riya atau tidak ikhlas.
Umroh membutuhkan niat yang murni. Oleh karena itu, jaga bicara saat umroh adalah salah satu cara untuk mengawal niat agar tetap lurus hingga ibadah selesai.
6. Mencegah Konflik dan Perselisihan
Dalam rombongan umroh, banyak karakter dan sifat yang berbeda. Salah bicara sedikit saja bisa memicu konflik. Misalnya:
- Mengkritik orang lain yang lambat
- Komentar tidak sopan soal makanan atau pelayanan
- Nada tinggi saat diskusi logistik
Perselisihan semacam ini akan mencoreng kekhusyukan ibadah. Maka dari itu, lebih baik memperbanyak diam dan dzikir daripada berdebat soal hal-hal duniawi.
7. Waktu dan Tempat yang Mulia Menuntut Sikap Mulia
Bayangkan, kita berada di Tanah Suci, tempat turunnya wahyu, tempat para nabi berpijak, dan tempat kelak semua manusia akan berkumpul di akhirat. Tidak pantas kiranya kita mengotori tempat mulia ini dengan perkataan yang tidak berguna.
Sebaliknya, gunakan lisan untuk:
- Membaca Al-Qur’an
- Berdzikir menyebut nama Allah
- Mendoakan keluarga dan umat Islam
- Mengucapkan salam dan doa kebaikan
Jaga bicara saat umroh adalah bentuk penghormatan terhadap tempat dan waktu yang diberkahi.
8. Diam Adalah Ibadah, Jika Tak Bisa Berkata Baik
Diam bukan berarti pasif atau membisu tanpa sebab. Dalam konteks umroh, diam adalah bentuk ibadah jika kita tidak punya hal baik untuk dikatakan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak berguna baginya.”
(HR. Tirmidzi)
Banyak orang yang merasa harus terus berbicara agar dianggap aktif atau sosial, padahal lebih banyak kebaikan jika ia memilih untuk diam dan berzikir. Maka dari itu, jaga bicara saat umroh juga berarti bijak dalam memilih waktu untuk berbicara.
9. Memberi Contoh Baik bagi Jamaah Lain
Seringkali, jamaah yang lebih tua atau yang sudah beberapa kali pergi umroh dijadikan panutan oleh jamaah lain. Jika mereka bisa menjaga lisannya, maka yang lain pun akan malu jika berkata sembarangan.
Sebaliknya, jika seorang tokoh malah berkata kasar atau negatif, maka akan merusak suasana spiritual rombongan. Maka, mari kita mulai dari diri sendiri untuk jaga bicara saat umroh agar menjadi teladan kebaikan.
10. Lisan Adalah Amanah
Allah SWT memberikan lisan sebagai amanah, bukan untuk digunakan sesuka hati. Kita akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap kata yang keluar.
“Tidak ada satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.”
(QS. Qaf: 18)
Maka, saat dalam perjalanan umroh, setiap kata menjadi penting. Mari manfaatkan amanah lisan ini untuk kebaikan.
Cara Praktis Menjaga Bicara Saat Umroh
Berikut beberapa tips agar lebih mudah menjaga lisan selama ibadah umroh:
- Niatkan sejak awal untuk menjaga lisan sebagai bagian dari ibadah.
- Banyak berdzikir dan membaca doa selama waktu luang.
- Berkumpul dengan orang yang juga menjaga lisannya.
- Hindari kelompok yang suka bergosip atau mengeluh.
- Ingat selalu bahwa malaikat mencatat setiap ucapan.
- Evaluasi diri setiap malam, apakah hari itu sudah menjaga lisan dengan baik?
Dengan cara-cara di atas, insyaAllah kita bisa istiqamah dalam jaga bicara saat umroh.
Penutup: Kesucian Umroh Terjaga dengan Lisan yang Terkendali
Umroh bukan hanya sekadar rangkaian ritual fisik. Ia adalah ibadah hati, ruh, dan pikiran. Semua itu tak akan sempurna tanpa kendali lisan. Jaga bicara saat umroh bukan hanya bentuk kedisiplinan spiritual, tetapi juga bukti bahwa kita menghormati ibadah yang kita jalankan.
Mari jadikan umroh sebagai titik balik untuk memperbaiki diri. Mulailah dengan hal sederhana: menjaga apa yang keluar dari lisan kita. Karena bisa jadi, satu kalimat yang baik selama umroh, menjadi sebab diampuninya dosa-dosa kita.
Comments